Sabtu, 09 April 2011

Kultum "Tidak Cukup Sekedar Istgfar"

Tidak Cukup Sekedar Istigfar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Para hadirin yang berbahagia, pertama – tama marilah kita panjatkan dengan kerendahan hati dan keihklasan yang mendalam, puji syukur kehadirat Ilahi, dengan penuh kesadaran bahwa Dia telah membalas dosa – dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat yang jauh lebih banyak lagi. Shalawat dan salam semoga dicurahkanNya pada junjungan kita, kekasih kita, manusia paling mulia yang pernah ada di dunia, Nabi besar panutan orang – orang yang beriman, yaitu Nabi Muhammad saw, tentu saja beserta keluarganya yang mulia, para sahabatnya yang agung, serta kita dan para pengikutnya sampai akhir zaman nanti.
Izinkanlah saya pada pertemuan ini mengajak para hadirin yang berbahagia untuk bertafakur sejenak. Karena Nabi kita yang mulia bersabda, “Bertafakur sejenak, lebih daripada ibadah satu tahun.”
Kita seringkali terlupa dengan hokum keseimbangan, yang pada intinya mengajarkan kepada kita, bahwa hasil yang kita nikmati itu, sesuai dengan upaya yang kita lakukan. Atau bahasa terangnya, barang siapa yang rajin belajar, maka dia akan menjadi pandai, dan barang siapa yang malas belajar maka ia akan tetap bodoh. Semakin keras seseorang belajar, maka akan semakin luas wawasannya.
Hal yang senada dengan itu, mestinya berlaku juga. Yaitu, tidak ada ama yang ringan pelaksanaannya, diganjar dengan pahala yang sangat besar. Mungkin kita terlalu berharp dapat menukar suatu pekerjaan kecil dengan yang besar, karena kita tahu bahwa Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pengharapan seperti ini, ada bahayanya. Karena boleh jadi kita merasa seolah – olah sudah memperoleh banyak pahala, padahal sebenarnya tidak. Sehingga kita terlena atu lengah untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepadaNya. Misalnya saja, kita diajarkan bahwa selama kita mau bertobat, maka Allah pasti akan mengampuni kita. Karena itulah para ulama menyuruh kita agar sering –sering mengucapkan istigfar, memohon ampun kepadaNya. Yang menjadi pertanyaan, benarkah sesederhana itu menghapus dosa – dosa yang telah kita lakukan? Apakah hanya dengan mengucapkan iftgfar yang sangat mudah itu, Allah lalu akan menghapus dosa – dosa kita? Marilah kita lihat bagaimana cara menghapus dosa menurut Rasulullah saw.
Pada suatu ketika, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapakah orang yang dianggap bertobat itu?” Para sahabat serentak menjawab, “Allah dan RAsulNya yang lebih mengetahui, “Maka Rasulullah saw pun lalu bersabda :
“Barangsiapa bertobat tetapi tidakmenambah ibadahnya, ia bukannya telah bertobat”
“barangsiapa bertobat tetapi tidak mengubah perilakunya, ia bukannya telah bertobat”
“Barangsiapa bertobat tetapi tdak mengganti temannya, ia bukannya bertobat “
“Barangsiapa Bertobat tetapi tidak menuntut ilmu, tidak membuang sikap riya’ yang dimilikinya ataupun tidak meminta maaf kepada orang yang pernah disakitinya, ia bukannya telah bertobat”
Para hadirin khalifah Allah yang berbahagia, dari apa yang disampaikan Rasulullah saw tadi, nampaknya ucapan istigfar saja belum cukup untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Bayangkanlah apa jadinya kelak, bila kita merasa bahwa dosa kita sudah lebur karena sering istigfar, padahal sebenarnya tidak.
Memang nampaknya tidak ada cara lain untuk mendapatkan surge selain berjuang keras dalam beramal saleh yang diridhoiNya. Mari kita hidupkan semangat jihad, untuk memerangi nafsu dan setan yang selalu berusaha mengajak kita pada kemalasan beramal saleh. Semoga kita mampu menanamkan dalam jiwa kita masing – masing nasihat Nabi kita yang mulia, “Sabar menahan nafsu itu berat, tetapi menahan siksaan neraka itu, jauh lebih berat dari pada menahan hawa nafsu.”
Demikianlah yang dapat disampaikan pada kesempatan ini, kurang lebihnya saya mohon dapat dimaklumi dan dimaafkan.
Billahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar